Untuk
membuktikan kebenaran teorinya, Mendel telah melakukan percobaan dengan
membastarkan tanaman-tanaman yang mempunyai sifat beda. Tanaman yang dipilih
adalah tanaman kacang ercis (Pisum sativum). Alasannya tanaman tersebut mudah
melakukan penyerbukan silang, mudah didapat, mudah hidup atau mudah dipelihara,
berumur pendek atau cepat berbuah, dapat terjadi penyerbukan sendiri, dan
terdapat jenis-jenis yang memiliki sifat yang mencolok. Sifat-sifat yang
mencolok tersebut, misalnya: warna bunga (ungu atau putih), warna biji (kuning
atau hijau), warna buah (hijau atau kuning), bentuk biji (bulat atau kisut),
sifat kulit (halus atau kasar), letak bunga (di ujung batang atau di ketiak
daun), serta ukuran batang (tinggi atau rendah).
1.
Beberapa kesimpulan
penting tentang hasil percobaan Mendel sebagai berikut.
Hibrid (hasil persilangan antara dua individu dengan tanda beda) memiliki sifat yang mirip dengan induknya dan setiap hibrid mempunyai sifat yang sama dengan hibrid yang lain dari spesies yang sama.
Hibrid (hasil persilangan antara dua individu dengan tanda beda) memiliki sifat yang mirip dengan induknya dan setiap hibrid mempunyai sifat yang sama dengan hibrid yang lain dari spesies yang sama.
2.
Karakter atau sifat
dari keturunan suatu hibrid selalu timbul kembali secara teratur dan inilah
yang memberi petunjuk kepada Mendel bahwa tentu ada faktor-faktor tertentu yang
mengambil peranan dalam pemindahan sifat dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
3.
Mendel merasa bahwa
”faktor-faktor keturunan” itu mengikuti distribusi yang logis, maka suatu hukum
atau pola akan dapat diketahui dengan cara mengadakan banyak persilangan dan
menghitung bentuk-bentuk yang berbeda, seperti yang tampak dalam keturunan.
1.
Terminologi
Untuk mengerti jalannya penelitian
Mendel, perlu mempelajari beberapa istilah yang terkait dalam pewarisan sifat.
Istilah-istilah tersebut sebagai berikut.
a.
P = singkatan dari kata
Parental, yang berarti induk.
b.
F = singkatan dari kata
Filial, yang berarti keturunan. F1 berarti keturunan pertama, F2 berarti
keturunan kedua, dan seterusnya.
c.
Fenotipe = karakter
(sifat) yang dapat kita amati (bentuk, ukuran, warna, golongan darah, dan
sebagainya).
d.
Genotipe = susunan
genetik suatu individu (tidak dapat diamati).
e.
Simbol untuk suatu gen
(istilah pengganti untuk “faktor keturunan”) dikemukakan dengan sebuah huruf
yang biasanya merupakan huruf pertama dari suatu sifat. Misalnya R = gen yang
menyebabkan warna merah (rubra), sedangkan r = gen yang menyebabkan warna putih
(alba). Dalam hal ini merah dominan terhadap putih. Oleh karena itu, diberi
simbol dengan huruf besar. Gen yang resesif diberi simbol dengan huruf kecil.
f.
Genotipe suatu individu
diberi simbol dengan huruf dobel, karena individu itu umumnya diploid.
Misalnya: RR = genotipe untuk tanaman berbunga merah, sedangkan rr = genotipe
untuk tanaman berbunga putih.
g.
Homozigotik = sifat
suatu individu yang genotipenya terdiri atas gen-gen yang sama dari tiap jenis
gen (misalnya RR, rr, AA, AABB, aabb, dan sebagainya)
h.
Heterozigotik = sifat
suatu individu yang genotipenya terdiri atas gen-gen yang berlainan dari tiap
jenis gen (misalnya Rr, Aa, AaBb, dan sebagainya).
i.
Alel = anggota dari
sepasang gen, misalnya: R = gen untuk warna bunga merah dan r = gen untuk warna
bunga putih, T = gen untuk tanaman tinggi dan t = gen untuk tanaman rendah. R
dan r satu sama lain merupakan alel, tetapi R dan t bukan alel.
2. Persilangan antara Dua Individu dengan Satu Sifat Beda
Persilangan
antara dua individu dengan satu sifat beda disebut persilangan monohibrid.
Dominasi dapat terjadi secara penuh atau tidak penuh (kodominan). Masing-masing
dominasi ini menghasilkan bentuk keturunan pertama (F1) yang berbeda. Persilangan
monohibrid akan menghasilkan individu F1 yang seragam, apabila salah satu induk
mempunyai sifat dominan penuh dan induk yang lain bersifat resesif. Apabila
dilanjutkan dengan menyilangkan individu sesama F1, akan menghasilkan keturunan
(individu F2) dengan tiga macam genotipe dan dua macam fenotipe.
Sebaliknya,
apabila salah satu induknya mempunyai sifat dominan tak penuh (intermediate),
maka persilangan individu sesama F1 akan menghasilkan tiga macam genotipe dan
tiga macam fenotipe. Contoh persilangan monohibrid dominan penuh terjadi pada
persilangan antara kacang ercis berbunga merah dengan kacang ercis berbunga
putih. Mendel menyilangkan kacang ercis berbunga merah (MM) dengan kacang ercis
berbunga putih (mm) dan dihasilkan individu F1 yang seragam, yaitu satu macam
genotipe (Mm) dan satu macam fenotipe (berbunga merah). Pada waktu F2,
dihasilkan tiga macam genotipe dengan perbandingan 25% MM: 50% Mm : 25% Mm atau
1 : 2 : 1 dan dua macam fenotipe dengan perbandingan 75% berbunga merah : 25%
berbunga putih atau merah : putih = 3 : 1. Pada individu F2 ini, yang
berfenotipe merah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu 2/3 bergenotipe
heterozigot (Mm) dan 1/3 homozigot dominan (MM). Persilangan antara kacang
ercis berbunga merah dominan dengan kacang ercis berwarna putih resesif dapat
dibuat bagan sebagai berikut.
Contoh
persilangan monohibrid dominan tak penuh adalah persilangan antara tanaman
bunga pukul empat berbunga merah dengan tanaman bunga pukul empat berbunga
putih. Mendel menyilangkan tanaman bunga pukul empat berbunga merah (MM) dengan
putih (mm) menghasilkan individu F1 yang seragam, yaitu satu macam genotipe
(Mm) dan satu macam fenotipe (berbunga merah muda). Pada individu F2 dihasilkan
tiga macam genotipe dengan perbandingan 25% MM : 50% Mm : 25% mm atau 1 : 2 : 1
dan 3 macam fenotipe dengan perbandingan 25% berbunga merah : 50% berbunga
merah muda : 25% berbunga putih atau merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1.
Pada individu F2 ini yang berfenotipe merah dan putih selalu homozigot, yaitu
MM dan mm. Persilangan antara tanaman bunga pukul empat berbunga merah dominan
dengan bunga pukal empat berbunga putih resesif dapat dibuat bagan sebagai
berikut.
Jika kedua
contoh persilangan di atas saat pembentukan gamet terjadi pemisahan gen-gen
yang sealel, sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen saja. Misalnya
pada tanaman yang bergenotipe Mm, pada saat pembentukan gamet, gen M memisahkan
diri dengan gen m, sehingga gamet yang terbentuk memiliki gen M atau gen m
saja. Prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum Mendel I (Hukum Pemisahan Gen
yang Sealel) yang menyatakan bahwa “Selama meiosis, terjadi pemisahan pasangan
gen secara bebas sehingga setiap gamet memperoleh satu gen dari alelnya.”
1.
Persilangan antara Dua Individu dengan Dua Sifat Beda
Persilangan
antara dua individu dengan dua sifat beda disebut juga persilangan dihibrid.
Pada persilangan tersebut Mendel menyilangkan tanaman ercis dengan biji yang
mempunyai dua sifat beda, yaitu bentuk dan warna biji. Kedua sifat beda
tersebut ditentukan oleh gen-gen sebagai berikut.
B = gen yang
menentukan biji bulat.
b = gen yang
menentukan biji keriput.
K = gen yang
menentukan biji berwarna kuning.
k = gen yang
menentukan biji berwarna hijau.
Jika tanaman
kapri yang berbiji bulat kuning (BBKK) disilangkan dengan kapri yang berbiji
keriput hijau (bbkk), semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Jika tanaman F1
dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri, F2 memperlihatkan 16 kombinasi yang
terdiri atas empat macam fenotipe, yaitu tanaman berbiji bulat kuning, bulat
hijau, keriput kuning, dan keriput hijau. Dalam percobaan ini Mendel
mendapatkan 315 tananman berbiji bulat kuning, 100 tanaman berbiji bulat hijau,
101 tanaman berbiji keriput kuning, dan 32 tanaman keriput hijau. Angka-angka
tersebut menujukkan suatu perbandingan fenotipe yang mendekati 9 : 3 : 3 : 1.
Pada saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis) anggota dari sepasang gen
memisah secara bebas (tidak saling memengaruhi). Oleh karena itu, pada
persilangan dihibrid tersebut terjadi empat macam pengelompokan dari dua pasang
gen, yaitu:
a.
Gen B mengelompok
dengan gen K, terdapat dalam gamet BK;
b.
Gen B mengelompok
dengan gen k, terdapat dalam gamet Bk;
c.
Gen b mengelompok
dengan gen K, terdapat dalam gamet bK;
d.
Gen b mengelompok
dengan gen k, terdapat dalam gamet bk;
Prinsip tersebut
di atas dirumuskan sebagai Hukum Mendel
II (Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas) yang menyatakan bahwa:
a.
Setiap gen dapat
berpasangan secara bebas dengan gen lain membentuk alela,
b.
Keturunan pertama
menunjukkan sifat fenotipe dominan,
c.
Keturunan kedua
menunjukkan fenotipe dominan dan resesif dengan perbandingan tertentu, misalnya
pada persilangan monohibrid 3 : 1 dan pada persilangan dihibrid 9 : 3 : 3 : 1.
Untuk memperjelas pemahaman tentang
persilangan dihibrid, perhatikan bagan persilangan antara kapri (ercis) biji
bulat warna kuning dengan kapri biji keriput warna hijau yang menghasilkan F1
berupa kapri berbiji bulat warna kuning.
Perbandingan genotype
F2= BBKK : BBKk : BkKK : BbKk :
BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk = 1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe
F2= bulat kuning : bulat hijau :
keriput kuning : keriput hijau = 9 : 3 : 3 :1
Untuk mengetahui lebih jelas persilangan menurut Mendel, berikut adalah contoh video persilangan pada makhluk hidup lainnya:
Untuk mengetahui lebih jelas persilangan menurut Mendel, berikut adalah contoh video persilangan pada makhluk hidup lainnya:
1.
Beberapa Rumus untuk Memprediksi Mengenai Keturunan
Dari berbagai
contoh persilangan di atas dapat disusun rumus-rumus untuk memprediksi beberapa
hal yang ada hubungannya dengan keturunan, seperti banyaknya macam gamet yang
dibentuk oleh suatu individu, jumlah kombinasi F2, banyaknya macam genotipe F2,
dan banyaknya macam fenotipe F2. Perhatikan Tabel 5.2 berikut.
1.
Penurunan Sifat
Golongan Darah Sistem A,B,O
Untuk
mengetahui kemungkinan susunan genotipe dari golongan darah sistem A, B, O, perhatikan
Tabel berikut ini.
Hubungan antara Fenotipe Golongan Darah, Genotipe, dan Macam Gamet
0 komentar:
Posting Komentar